Translate

Minggu, 13 Mei 2012

Waspada Kanker Serviks




Penyakit seksual sering kali diidentikkan dengan perilaku seks bebas  atau perilaku seks menyimpang. Begitu juga dengan penyakit kanker  serviks. Kanker serviks adalah kanker yang menyerang bagian leher rahim  (serviks). Letaknya antara lubang sanggama (vagina) dan rahim (uterus).  Kanker ini menyerang kaum hawa. Kanker ini disebabkan oleh human papilomma virus  (HPV). Ada 100 tipe HPV. Namun yang paling banyak menyebabkan kanker  serviks adalah tipe 16 dan 18. Dua tipe ini menyebabkan 70 persen kanker  serviks di seluruh dunia. Sisanya disebabkan oleh HPV tipe lain, di  antaranya 31, 33, dan 45.Prof Dr dr Andrijono, Sp.OG (K), menyatakan kanker serviks ditularkan  melalui kontak kulit, umumnya melalui hubungan seks. Umumnya yang  terserang adalah mereka yang pernah berhubungan seks atau yang sudah  menikah. "Tapi tanpa penetrasi seks, bisa saja tertular," kata Ketua  Kehormatan Asia-Oceania Research Organization in Genital Infection and  Neoplasia itu.
 Andrijono menyatakan HPV adalah virus yang umum, yang mungkin juga  menular melalui kulit tangan. "Makanya, jaga selalu kebersihan tangan,"  kata dia berpesan. Selain itu, kanker mulut juga mungkin berkaitan  dengan HPV. Ini diduga karena melakukan seks oral.
 Namun kenapa pria tak bisa tertular? Pada pria, HPV bisa menyebabkan  kanker kulit di bagian alat vital, walau tak banyak. "Mungkin karena  pria memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik daripada wanita,"  ujarnya.
 Menurut data Globocan 2008, kanker di seluruh dunia mencapai 530.232  kasus. Asia memiliki 312.990 kasus kanker serviks alias 59 persen. Baik  dari jumlah global maupun di Asia, 58 persen meninggal. Kanker serviks  merupakan kanker terbanyak nomor dua di seluruh dunia maupun di  Indonesia. Menurut WHO, tiap tahun ada 500 ribu kasus baru kanker  serviks di dunia. Separuhnya berakhir dengan kematian dan hampir 80  persen kasus terjadi di negara berpendapatan rendah.
 Bagaimana dengan Indonesia? Andrijono menyatakan data kanker serviks  secara nasional memang susah. Namun, berdasarkan data yang masuk ke  rumah sakit, lebih dari 70 persen kasus kanker serviks ditemukan saat  sudah stadium lanjut. "Mereka umumnya telat memeriksakan," kata  Andrijono. Pasalnya, mereka awam mengenai penyakit ini. Padahal kanker  serviks lama berkembang biak. "Masa inkubasinya bisa sekitar 7 hingga 10  tahun," kata dia. Tapi ada juga yang berkembang dengan cepat.
 Di Indonesia, angka kejadian setiap satu jam seorang perempuan meninggal  karena kanker serviks. Andrijono mengusulkan kepada pemerintah agar tes  deteksi kanker serviks menjadi program nasional. Dalam pertemuan dua  tahunan AOGIN di Bali dua pekan lalu, tema yang dipilih adalah "Holistic  Approach to Eradicate Cervical Cancer". Andrijono berharap, dengan  pendekatan yang menyeluruh, kanker serviks sudah bisa diketahui dan  diobati sejak masih dalam bentuk lesi pra-kanker.
 Kanker serviks merupakan jenis kanker peringkat dua yang banyak  menyerang kaum wanita. Berdasarkan data statistik rumah sakit di  Indonesia pada 2008, kanker payudara menduduki peringkat pertama (13,8  persen). Kanker serviks mencapai 10,3 persen.
 Menteri Kesehatan dr Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, PhD, menyatakan  pemerintah sudah mencanangkan tes deteksi dini kanker payudara dan  kanker serviks. "Kini sudah mencakup 14 provinsi atau 42 persen, yang  tersebar di 68 kabupaten/kota," kata dia di Bali. Sasaran tes deteksi  dini adalah mereka yang berusia 30 hingga 50 tahun. Targetnya, pada  2014, semua provinsi sudah terjamah oleh tes deteksi dini dengan metode  IVA. Saat ini angka kejadian serviks adalah 17,6/100 ribu wanita.
 Padahal biaya deteksi dini untuk pencegahan sangat murah dibanding biaya pengobatan.
 Dari range usia, umumnya penderita kanker ini di rentang usia 30  tahun ke atas. "Tapi yang usia 18 tahun juga ada," kata dr Laila  Nuranna, SpOG (K), salah satu pendiri Inisiatif Pencegahan Kanker  Serviks Indonesia (Ipkasi). Di Bali, tren penderita kanker serviks makin  muda. Menurut Prof Dr dr Ketut Suwiyoga, SpOG (K), dibanding 1980-an,  pada 2010, rata-rata usia penderita kanker serviks makin muda. Pada  1980-an, rata-rata penderita kanker serviks berada di usia 52,5 tahun.  "Tapi kini sudah di usia 39,2 tahun," kata guru besar obstetri dan  ginekologi dari Universitas Udayana ini. Menurut dia, hal ini  dipengaruhi oleh gaya hidup seks bebas.
 Selain itu, faktor menikah dini. Menurut dr Ketut, menikah sebaiknya  umur 20 tahun bagi wanita. Pasalnya, jika masih muda atau di bawah usia  itu, daya tahan tubuh wanita masih lemah sehingga berisiko kena kanker  serviks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar