Translate

Jumat, 11 Mei 2012

Manajemen Risiko - RISIKO LIKUIDITAS (Bab 12)




Pendahuluan

          Risiko likuiditas mempunyai dua arti, pengertian pertama yaitu ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran jangka pendek atau pengeluaran tak terduganya. Pengertian kedua yaitu kemungkinan penjualan suatu asset perusahaan dengan diskon yang tinggi karena sulitnya mencari pembeli. Perusahaan menghadapi risiko likuiditas jenis ini terutama bagi yang menanamkan uang di surat berharga.

            Ciri dari risiko likuiditas tipe kedua ini adalah besarnya spread, yaitu selisih harga beli dan jual. Sekalipun risiko likuiditas berkaitan dengan jangka waktu yang pendek, kondisi tidak likuid yang ekstrem dapat menyebabkan kebangkrutan.


Likuiditas Dana

            Risiko likuiditas menurut pengertian pertama berkaitan dengan kekurangan dana. Hal tersebut bias terjadi karena perusahaan tidak mengelola kas dengan baik. Hal pertama yang perlu diperhatikan manajemen adalah dalam hal manajemen kas. Kas perusahaan memiliki tiga fungsi, yaitu fungsi transaksi, fungsi jaga-jaga, dan fungsi spekulasi. Dalam fungsi transaksi, ketersediaan kas sejalan dengan rencana anggaran perusahaan. Dalam anggaran telah diketahui kapan uang keluar dan masuk. Kas perlu disediakan untuk memenuhi kebutuhan arus kas.

            Fungsi berjaga-jaga bertujuan untuk memastikan bahwa kalau ada kondisi yang tidak terduga, perusahaan masih memiliki cadangan kas yang mencukupi. Biasanya perusahaan memiliki bantalan atau chusion. Yang termasuk kondisi tak terduga antara lain, kenaikan biaya bahan sehingga tidak sesuai dengan anggaran, termasuk juga kejadian di luar perkiraan dan tidak dianggarkan. Misalnya, perusahaan mengalami tuntutan pengadilan dan kalah sehingga perusahaan wajib membayar sejumlah uang.

            Fungsi spekulasi merupakan sejumlah uang yang digunakan oleh perusahaan untuk mengeksploitasi peluang, baik yang terkait dengan bisnis perusahaan maupun tidak. Misalnya bagian treasurer perusahaan sengaja menahan sejumlah uang untuk diinvestasikan dalam bentuk jual-beli saham untuk memanfaatkan peluang kenaikan harga saham dalam pasar yang sedang membaik atau sedang bullish.

            Besar-kecilnya kas yang dimiliki perusahaan tergantung pada beberapa factor. Pertama, hubungan direksi perusahaan dengan sumber keuangan, terutama pasar uang. Kedua, selera direksi pada risiko likuiditas. Semakin tinggi selera risiko direksi, semakin kecil nilai kas yang disimpan. Ketiga, pengalaman mengenai fluktuasi usaha. Semakin stabil usahanya, semakin kecil kebutuhan dana cadangan untuk memenuhi tuntutan jaga-jaga.

            Hal kedua yang perlu mendapat perhatian adalah penyesuaian kas. Manajemen perlu mengatur supaya besar dan jatuh tempo keluarnya uang diimbangi dengan besar dan jatuh tempo uang masuk.


Likuiditas Aset

          Likuiditas asset berkaitan dengan mudah tidaknya suatu asset diperjual-belikan. Istilah asset tidak likuid banyak dijumpai di pasar modal, terutama untuk menyebut saham yang tidak banyak diperdagangkan. Saham tidur merupakan saham yang dibeli investor yang kemudian disimpan. Ada beberapa alasan investor melakukannya.

            Saham tidur bias jadi karena perusahaan pengemisi saham termasuk ke dalam industri baru. Tinggi rendahnya pertumbuhan harga saham tergantung pada keyakinan investor pada masa depan perusahaan. Semakin tinggi tingkat keyakinan pertumbuhan perusahaan, semakin tinggi pula kenaikan harga saham.

            Bias jadi, saham tidur dikeluarkan oleh perusahaan bukan favorit investor. Perusahaan blue chips adalah perusahaan yang menarik untuk perdagangan yang biasanya besar dan sehat, setiap orang tertarik untuk memiliki. Dengan membeli saham perusahaan blue chips ini, kemudian menjualnya dengan mendapatkan keuntungan yang kecil. Dalam situasi tertentu, misalnya ada rumor, keuntungan berupa capital gain bias besar.

            Perusahaan setingkat di bawah blue chips merupakan perusahaan second layer. Perusahaan ini masih menarik bagi investor dengan selera risiko yang agak tinggi. Investor menyimpan dan menunggu pergerakan harga saham. Pada saat ada tanda-tanda menggeliat naik, investor siap-siap membeli. Pada saat harga saham diperkirakan sudah di puncak dan akan turun, investor ancang-ancang untuk menjualnya.

            Saham di bawah kategori second layer cenderung tidak diminati investor jangka pendek. Saham inilah yang merupakan saham tidur. Hanya investor jangka panjang yang berminat terhadap saham-saham ini.

            Semakin blue chip perusahaan, semakin likuid sahamnya. Masalah likuiditas asset tidak hanya berlaku bagi surat berharga yang diperdagangkan di pasar uang saja. Beberapa perusahaan memperdagangkan piutang, terutama perusahaan yang mengalami kesilitan likuiditas. Perusahaan anjak piutang merupakan perusahaan yang kegiatannya membeli dan menjual piutang perusahaan. Perusahaan yang menjual piutang perlu memberikan diskon kepada perusahaan anjak piutang. Semakin tinggi risiko piutang tersebut, diskon yang diberikan pun semakin tinggi pula.

            Risiko piutang terkait dengan kemampuan-tagihan piutang (collectibility) dan jatuh tempo piutang. Semakin lama jatuh tempo piutang, semakin besar pula diskon yang harus diberikan. Umur piutang terkait dengan keterikatan uang dalam piutang. Semakin lama umur piutang, semakin besar biaya uang (cost of finance) untuk mendanai piutang tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar