Pendahuluan
Risiko likuiditas mempunyai
dua arti, pengertian pertama yaitu ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan
tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran jangka pendek atau pengeluaran tak
terduganya. Pengertian kedua yaitu kemungkinan penjualan suatu asset perusahaan
dengan diskon yang tinggi karena sulitnya mencari pembeli. Perusahaan
menghadapi risiko likuiditas jenis ini terutama bagi yang menanamkan uang di surat berharga.
Ciri dari risiko likuiditas tipe
kedua ini adalah besarnya spread, yaitu
selisih harga beli dan jual. Sekalipun risiko likuiditas berkaitan dengan
jangka waktu yang pendek, kondisi tidak likuid yang ekstrem dapat menyebabkan
kebangkrutan.
Likuiditas
Dana
Risiko likuiditas menurut pengertian
pertama berkaitan dengan kekurangan dana. Hal tersebut bias terjadi karena
perusahaan tidak mengelola kas dengan baik. Hal pertama yang perlu diperhatikan
manajemen adalah dalam hal manajemen kas. Kas perusahaan memiliki tiga fungsi,
yaitu fungsi transaksi, fungsi jaga-jaga, dan fungsi spekulasi. Dalam fungsi
transaksi, ketersediaan kas sejalan dengan rencana anggaran perusahaan. Dalam
anggaran telah diketahui kapan uang keluar dan masuk. Kas perlu disediakan untuk
memenuhi kebutuhan arus kas.
Fungsi berjaga-jaga bertujuan untuk
memastikan bahwa kalau ada kondisi yang tidak terduga, perusahaan masih
memiliki cadangan kas yang mencukupi. Biasanya perusahaan memiliki bantalan
atau chusion. Yang termasuk kondisi tak
terduga antara lain, kenaikan biaya bahan sehingga tidak sesuai dengan
anggaran, termasuk juga kejadian di luar perkiraan dan tidak dianggarkan.
Misalnya, perusahaan mengalami tuntutan pengadilan dan kalah sehingga
perusahaan wajib membayar sejumlah uang.
Fungsi spekulasi merupakan sejumlah
uang yang digunakan oleh perusahaan untuk mengeksploitasi peluang, baik yang
terkait dengan bisnis perusahaan maupun tidak. Misalnya bagian treasurer perusahaan sengaja menahan
sejumlah uang untuk diinvestasikan dalam bentuk jual-beli saham untuk
memanfaatkan peluang kenaikan harga saham dalam pasar yang sedang membaik atau
sedang bullish.
Besar-kecilnya kas yang dimiliki
perusahaan tergantung pada beberapa factor. Pertama, hubungan direksi
perusahaan dengan sumber keuangan, terutama pasar uang. Kedua, selera direksi
pada risiko likuiditas. Semakin tinggi selera risiko direksi, semakin kecil
nilai kas yang disimpan. Ketiga, pengalaman mengenai fluktuasi usaha. Semakin
stabil usahanya, semakin kecil kebutuhan dana cadangan untuk memenuhi tuntutan
jaga-jaga.
Hal kedua yang perlu mendapat
perhatian adalah penyesuaian kas. Manajemen perlu mengatur supaya besar dan
jatuh tempo keluarnya uang diimbangi dengan besar dan jatuh tempo uang masuk.
Likuiditas
Aset
Likuiditas asset berkaitan
dengan mudah tidaknya suatu asset diperjual-belikan. Istilah asset tidak likuid
banyak dijumpai di pasar modal, terutama untuk menyebut saham yang tidak banyak
diperdagangkan. Saham tidur merupakan saham yang dibeli investor yang kemudian
disimpan. Ada
beberapa alasan investor melakukannya.
Saham tidur bias jadi karena
perusahaan pengemisi saham termasuk ke dalam industri baru. Tinggi rendahnya pertumbuhan
harga saham tergantung pada keyakinan investor pada masa depan perusahaan.
Semakin tinggi tingkat keyakinan pertumbuhan perusahaan, semakin tinggi pula
kenaikan harga saham.
Bias jadi, saham tidur dikeluarkan
oleh perusahaan bukan favorit investor. Perusahaan blue chips adalah perusahaan yang menarik untuk perdagangan yang
biasanya besar dan sehat, setiap orang tertarik untuk memiliki. Dengan membeli
saham perusahaan blue chips ini,
kemudian menjualnya dengan mendapatkan keuntungan yang kecil. Dalam situasi
tertentu, misalnya ada rumor, keuntungan berupa capital gain bias besar.
Perusahaan setingkat di bawah blue chips merupakan perusahaan second layer. Perusahaan ini masih
menarik bagi investor dengan selera risiko yang agak tinggi. Investor menyimpan
dan menunggu pergerakan harga saham. Pada saat ada tanda-tanda menggeliat naik,
investor siap-siap membeli. Pada saat harga saham diperkirakan sudah di puncak
dan akan turun, investor ancang-ancang untuk menjualnya.
Saham di bawah kategori second layer
cenderung tidak diminati investor jangka pendek. Saham inilah yang merupakan
saham tidur. Hanya investor jangka panjang yang berminat terhadap saham-saham
ini.
Semakin blue chip perusahaan, semakin likuid sahamnya. Masalah likuiditas
asset tidak hanya berlaku bagi surat
berharga yang diperdagangkan di pasar uang saja. Beberapa perusahaan
memperdagangkan piutang, terutama perusahaan yang mengalami kesilitan
likuiditas. Perusahaan anjak piutang merupakan perusahaan yang kegiatannya
membeli dan menjual piutang perusahaan. Perusahaan yang menjual piutang perlu
memberikan diskon kepada perusahaan anjak piutang. Semakin tinggi risiko
piutang tersebut, diskon yang diberikan pun semakin tinggi pula.
Risiko piutang terkait dengan
kemampuan-tagihan piutang (collectibility) dan jatuh tempo piutang. Semakin
lama jatuh tempo piutang, semakin besar pula diskon yang harus diberikan. Umur
piutang terkait dengan keterikatan uang dalam piutang. Semakin lama umur
piutang, semakin besar biaya uang (cost of finance) untuk mendanai piutang
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar