Translate

Minggu, 13 Mei 2012

Tip Memilih Jajanan Aman Buat Anak




Sejumlah guru sekolah dasar yang hadir di seminar 'Aku Anak Sehat' langsung heboh melihat warna cairan jajanan di sekolah mereka berubah menjadi ungu setelah ditetesi serum penguji zat tambahan. "Yang berubah warnanya itu berarti mengandung zat tambahan dalam makanan," kata Direktur Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Halim Nababan.

Dari uji zat tambahan pada hari itu, terungkap banyaknya guru yang tak mengetahui bahwa jajanan yang berada di dalam sekolahnya tidak aman. Contohnya, jajanan berbentuk nugget atau daging olahan yang diberi tepung hanya dapat bertahan selama enam jam dalam keadaan beku. "Jika diperjualbelikan lebih dari enam jam, akan rusak, bila bentuknya masih baik-baik saja, berarti ada kemungkinan menggunakan zat tambahan," ujar Halim.

Zat tambahan atau zat aditif, menurut tim ahli Komisi Perlindungan Anak Indonesia sekaligus dokter spesialis anak, T.B. Rachmat Sentika, merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam makanan, misalnya pewarna, pengawet, penyedap, dan pemanis buatan. Dari hasil laboratorium, ada empat zat tambahan yang sering ditemui pada beberapa zat makanan, yaitu Metanil Kuning, Rhodamin B, Formalin, dan Boraks. "Penggunaan dan konsumsi terus menerus dapat menyebabkan gangguan gizi, anemia, kerusakan hati, ginjal, serta organ lainnya. Dan yang paling berbahaya adalah kanker," katanya.

Karena itu, anak harus diajarkan untuk menjaga keamanan pangan sendiri dengan mengetahui lima kunci keamanan pangan, yaitu mengenali dan membeli pangan yang aman, baca label makanan dengan saksama, menjaga kebersihan pangan, serta mencatat seusai mengkonsumsi suatu makanan. "Pangan yang aman adalah pangan yang bebas dari bahaya biologis, kimia, dan benda lain," kata Halim.

Benda lain itu adalah potongan (kawat) stepless, plastik, atau potongan tubuh binatang yang tertinggal di dalam makanan. "Walau diproses secara aman, tetap saja, kalau ada benda yang tertinggal, merusak rasa aman saat kita makan," ujar Halim.

"Begitu pula ketika anak membeli panganan jajan. Ajarkan anak menghindari makanan yang dibungkus dengan kertas koran atau plastik hitam," ujar Halim. Sebab, kedua bahan pembungkus itu berbahaya jika terkena panas, terutama kertas koran yang dapat memindahkan tinta ke dalam makanan.

Anak juga harus diajarkan membaca label bahan makanan untuk mengetahui kandungan gizi yang terdapat di dalam makanan. Setidaknya, label bahan makanan harus memuat nama pangan olahan, berat atau isi bersih, nama dan alamat yang memproduksi, daftar bahan yang digunakan, nomor pendaftaran pangan, keterangan kedaluwarsa, serta kode produksi.

Dalam menjaga kebersihan pangan, anak tidak saja diajarkan mencuci tangan, tetapi juga memilih lokasi jajanan pangan yang aman dan tidak jorok. Misalnya, kantin menjual makanan bersih, tapi berlokasi di sekitar tempat pembuangan sampah atau toilet sebaiknya dihindari. "Karena itu, sekolah juga harus mensosialisasi kunci keamanan pangan ini kepada peserta kantin sekolah," kata Halim.

Sebab, bila makanan bersih dijual di dekat tempat pembuangan sampah atau toilet, tetap akan mudah terpapar bakteri atau kuman. "Dua tempat itu kan memang sarangnya bakteri dan kuman," kata Halim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar