Translate

Minggu, 13 Mei 2012

Jaga Tenggorokan dari Kanker




Seseorang yang menderita penyakit kronis terkadang tidak menyadari gejala awalnya. Seperti yang diceritakan dokter spesialis bedah umum, Kwat Kyat Leong, dalam seminar kesehatan di Hotel Makassar Golden, beberapa waktu lalu. Dokter dari Rumah Sakit Tropicana, Malaysia, ini menceritakan, suatu ketika, ia didatangi seorang pasien dengan keluhan sakit tenggorokan.

"Dokter, tenggorokan saya sakit. Saya pikir akan pilek, tapi lama-lama saya tidak batuk apalagi mengeluarkan dahak," kata Kwan menirukan keluhan pasien itu. Tidak hanya merasa sakit, saat berbicara pun, kata Kwan, pasien tersebut kesulitan. Suaranya sangat serak. Sakit yang dialami pasien itu meliputi daerah telinga, hidung, dan tenggorokan.

Selama dua bulan keluhan itu tak pernah berhenti. Pasien dokter Kwan makin tak tahan ketika ia kesulitan menelan makanan. Setelah diperiksa, dokter mendiagnosis bahwa pasien tersebut mengidap kanker tenggorokan atau karsinoma nasofaring. Dalam tenggorokan bagian atas, ditemukan tumor atau gumpalan sel-sel kanker.

"Gejala awal kanker ini sangat tak diduga dan sulit didiagnosis," ujar Kwan. Ia melanjutkan, awalnya kebanyakan penderita merasa bahwa mereka akan mengalami pilek biasa. Apalagi gejala-gejala itu terjadi di sekitar tenggorokan, telinga, dan hidung, seperti yang dialami pasien tersebut.

Gejala awal yang paling parah, kata Kwan, tak hanya menyerang tenggorokan, tapi juga hidung dan telinga. Misalnya, hidung terasa buntu, pendengaran terasa kurang tajam, telinga berdengung, dan nyeri pada hidung dan telinga. Kanker tenggorokan, kata Kwan, masih jarang terdengar di masyarakat. Padahal, di Indonesia, penderitanya cukup tinggi. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat, sekitar 600-700 warga Indonesia menderita kanker ini setiap tahun. Jumlah ini diambil dari 4,7 persen total penderita kanker tenggorokan di Asia tenggara.

Kwan menjelaskan, dalam tenggorokan bagian atas, terdapat saluran berbentuk tabung yang disebut faring. Ini adalah bagian yang menghubungkan antara rongga mulut, telinga, bagian belakang hidung, dan tenggorokan. Kanker ini disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel skuamosa dalam tenggorokan, sehingga menjadi tumor. Hal ini bisa berpengaruh pada pita suara, hidung, dan telinga.
Pertumbuhan sel ini bisa dipicu oleh banyak hal. Kwan mengatakan dalam banyak kasus, penyebab utamanya adalah kebiasaan merokok pasif dan aktif. Zat nikotin pada rokok dapat merusak dan memicu pertumbuhan sel-sel kanker.
Begitu pula dengan asap rokok yang dihirup. Dari kebiasaan ini, bagian yang paling pertama terkena dampaknya adalah hidung dan tenggorokan.

Selain itu, jenis makanan yang dikonsumsi juga berpengaruh. Seperti makanan yang mengandung bahan pengawet dan pewarna buatan. Makanan tertentu, seperti ikan asin, juga berbahaya. Karena, dalam proses pengeringan, ikan dapat menimbulkan nitrosamine, yang termasuk zat pemicu kanker.

Jika Anda mendapati gejala-gejala serupa, sebaiknya mencari tahu kondisi kesehatan. "Ada kemungkinan bukan kanker. Sebaiknya diperiksa ke dokter," kata Kwan. Sebab, dengan melakukan pemeriksaan gejala awal, peluang untuk sembuh masih besar. Harapan sembuh pada penderita kanker stadium pertama adalah 80 persen dan stadium kedua harapannya 60 persen.

Pada stadium tinggi, biasanya terjadi penurunan berat badan secara drastis, ditemukan darah keluar dari telinga, hidung, atau tenggorokan. Pada stadium tiga, seperti ini, harapan sembuhnya hanya 40 persen, sedangkan pada stadium empat harapan sembuhnya hanya 10 persen. Penyembuhan kanker pada stadium awal bisa dengan cara operasi atau terapi radiasi. Sedangkan untuk stadium ketiga dan keempat dilakukan dengan kemoterapi.


Seseorang yang menderita penyakit kronis terkadang tidak menyadari gejala awalnya. Seperti yang diceritakan dokter spesialis bedah umum, Kwat Kyat Leong, dalam seminar kesehatan di Hotel Makassar Golden, beberapa waktu lalu. Dokter dari Rumah Sakit Tropicana, Malaysia, ini menceritakan, suatu ketika, ia didatangi seorang pasien dengan keluhan sakit tenggorokan.

"Dokter, tenggorokan saya sakit. Saya pikir akan pilek, tapi lama-lama saya tidak batuk apalagi mengeluarkan dahak," kata Kwan menirukan keluhan pasien itu. Tidak hanya merasa sakit, saat berbicara pun, kata Kwan, pasien tersebut kesulitan. Suaranya sangat serak. Sakit yang dialami pasien itu meliputi daerah telinga, hidung, dan tenggorokan.

Selama dua bulan keluhan itu tak pernah berhenti. Pasien dokter Kwan makin tak tahan ketika ia kesulitan menelan makanan. Setelah diperiksa, dokter mendiagnosis bahwa pasien tersebut mengidap kanker tenggorokan atau karsinoma nasofaring. Dalam tenggorokan bagian atas, ditemukan tumor atau gumpalan sel-sel kanker.

"Gejala awal kanker ini sangat tak diduga dan sulit didiagnosis," ujar Kwan. Ia melanjutkan, awalnya kebanyakan penderita merasa bahwa mereka akan mengalami pilek biasa. Apalagi gejala-gejala itu terjadi di sekitar tenggorokan, telinga, dan hidung, seperti yang dialami pasien tersebut.

Gejala awal yang paling parah, kata Kwan, tak hanya menyerang tenggorokan, tapi juga hidung dan telinga. Misalnya, hidung terasa buntu, pendengaran terasa kurang tajam, telinga berdengung, dan nyeri pada hidung dan telinga. Kanker tenggorokan, kata Kwan, masih jarang terdengar di masyarakat. Padahal, di Indonesia, penderitanya cukup tinggi. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat, sekitar 600-700 warga Indonesia menderita kanker ini setiap tahun. Jumlah ini diambil dari 4,7 persen total penderita kanker tenggorokan di Asia tenggara.

Kwan menjelaskan, dalam tenggorokan bagian atas, terdapat saluran berbentuk tabung yang disebut faring. Ini adalah bagian yang menghubungkan antara rongga mulut, telinga, bagian belakang hidung, dan tenggorokan. Kanker ini disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel skuamosa dalam tenggorokan, sehingga menjadi tumor. Hal ini bisa berpengaruh pada pita suara, hidung, dan telinga.
Pertumbuhan sel ini bisa dipicu oleh banyak hal. Kwan mengatakan dalam banyak kasus, penyebab utamanya adalah kebiasaan merokok pasif dan aktif. Zat nikotin pada rokok dapat merusak dan memicu pertumbuhan sel-sel kanker.
Begitu pula dengan asap rokok yang dihirup. Dari kebiasaan ini, bagian yang paling pertama terkena dampaknya adalah hidung dan tenggorokan.

Selain itu, jenis makanan yang dikonsumsi juga berpengaruh. Seperti makanan yang mengandung bahan pengawet dan pewarna buatan. Makanan tertentu, seperti ikan asin, juga berbahaya. Karena, dalam proses pengeringan, ikan dapat menimbulkan nitrosamine, yang termasuk zat pemicu kanker.

Jika Anda mendapati gejala-gejala serupa, sebaiknya mencari tahu kondisi kesehatan. "Ada kemungkinan bukan kanker. Sebaiknya diperiksa ke dokter," kata Kwan. Sebab, dengan melakukan pemeriksaan gejala awal, peluang untuk sembuh masih besar. Harapan sembuh pada penderita kanker stadium pertama adalah 80 persen dan stadium kedua harapannya 60 persen.

Pada stadium tinggi, biasanya terjadi penurunan berat badan secara drastis, ditemukan darah keluar dari telinga, hidung, atau tenggorokan. Pada stadium tiga, seperti ini, harapan sembuhnya hanya 40 persen, sedangkan pada stadium empat harapan sembuhnya hanya 10 persen. Penyembuhan kanker pada stadium awal bisa dengan cara operasi atau terapi radiasi. Sedangkan untuk stadium ketiga dan keempat dilakukan dengan kemoterapi.

Waspada 10 Tanda Awal Kanker

1. Adanya benjolan yang tidak hilang, bahkan membesar.
2. Buang air besar tidak teratur.
3. Terjadi perdarahan, seperti di saluran kelamin, hidung, atau telinga.
4. Rasa nyeri yang sangat parah, seperti di perut.
5. Kesulitan menelan makanan.
6. Batuk yang sangat parah dan berlangsung lama.
7. Terjadi perubahan pada tahi lalat, seperti membesar atau berdarah.
8. Sariawan yang tidak sembuh-sembuh.
9. Suara serak.
10. Berat badan menurun drastis sekitar 10 persen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar