Seseorang yang menderita
penyakit kronis terkadang tidak menyadari gejala awalnya. Seperti yang
diceritakan dokter spesialis bedah umum, Kwat Kyat Leong, dalam seminar
kesehatan di Hotel Makassar Golden, beberapa waktu lalu. Dokter dari Rumah
Sakit Tropicana, Malaysia, ini menceritakan, suatu ketika, ia didatangi seorang
pasien dengan keluhan sakit tenggorokan.
"Dokter, tenggorokan
saya sakit. Saya pikir akan pilek, tapi lama-lama saya tidak batuk apalagi
mengeluarkan dahak," kata Kwan menirukan keluhan pasien itu. Tidak hanya
merasa sakit, saat berbicara pun, kata Kwan, pasien tersebut kesulitan.
Suaranya sangat serak. Sakit yang dialami pasien itu meliputi daerah telinga,
hidung, dan tenggorokan.
Selama dua bulan keluhan itu
tak pernah berhenti. Pasien dokter Kwan makin tak tahan ketika ia kesulitan
menelan makanan. Setelah diperiksa, dokter mendiagnosis bahwa pasien tersebut
mengidap kanker tenggorokan atau karsinoma nasofaring. Dalam tenggorokan bagian
atas, ditemukan tumor atau gumpalan sel-sel kanker.
"Gejala awal kanker ini
sangat tak diduga dan sulit didiagnosis," ujar Kwan. Ia melanjutkan,
awalnya kebanyakan penderita merasa bahwa mereka akan mengalami pilek biasa.
Apalagi gejala-gejala itu terjadi di sekitar tenggorokan, telinga, dan hidung,
seperti yang dialami pasien tersebut.
Gejala awal yang paling
parah, kata Kwan, tak hanya menyerang tenggorokan, tapi juga hidung dan
telinga. Misalnya, hidung terasa buntu, pendengaran terasa kurang tajam,
telinga berdengung, dan nyeri pada hidung dan telinga. Kanker tenggorokan, kata
Kwan, masih jarang terdengar di masyarakat. Padahal, di Indonesia, penderitanya
cukup tinggi. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat, sekitar
600-700 warga Indonesia menderita kanker ini setiap tahun. Jumlah ini diambil
dari 4,7 persen total penderita kanker tenggorokan di Asia tenggara.
Kwan menjelaskan, dalam
tenggorokan bagian atas, terdapat saluran berbentuk tabung yang disebut faring.
Ini adalah bagian yang menghubungkan antara rongga mulut, telinga, bagian
belakang hidung, dan tenggorokan. Kanker ini disebabkan oleh pertumbuhan
sel-sel skuamosa dalam tenggorokan, sehingga menjadi tumor. Hal ini bisa
berpengaruh pada pita suara, hidung, dan telinga.
Pertumbuhan sel ini bisa
dipicu oleh banyak hal. Kwan mengatakan dalam banyak kasus, penyebab utamanya
adalah kebiasaan merokok pasif dan aktif. Zat nikotin pada rokok dapat merusak
dan memicu pertumbuhan sel-sel kanker.
Begitu pula dengan asap rokok
yang dihirup. Dari kebiasaan ini, bagian yang paling pertama terkena dampaknya
adalah hidung dan tenggorokan.
Selain itu, jenis makanan
yang dikonsumsi juga berpengaruh. Seperti makanan yang mengandung bahan
pengawet dan pewarna buatan. Makanan tertentu, seperti ikan asin, juga
berbahaya. Karena, dalam proses pengeringan, ikan dapat menimbulkan
nitrosamine, yang termasuk zat pemicu kanker.
Jika Anda mendapati
gejala-gejala serupa, sebaiknya mencari tahu kondisi kesehatan. "Ada
kemungkinan bukan kanker. Sebaiknya diperiksa ke dokter," kata Kwan.
Sebab, dengan melakukan pemeriksaan gejala awal, peluang untuk sembuh masih
besar. Harapan sembuh pada penderita kanker stadium pertama adalah 80 persen
dan stadium kedua harapannya 60 persen.
Pada stadium tinggi, biasanya
terjadi penurunan berat badan secara drastis, ditemukan darah keluar dari
telinga, hidung, atau tenggorokan. Pada stadium tiga, seperti ini, harapan
sembuhnya hanya 40 persen, sedangkan pada stadium empat harapan sembuhnya hanya
10 persen. Penyembuhan kanker pada stadium awal bisa dengan cara operasi atau
terapi radiasi. Sedangkan untuk stadium ketiga dan keempat dilakukan dengan
kemoterapi.
Seseorang yang menderita
penyakit kronis terkadang tidak menyadari gejala awalnya. Seperti yang
diceritakan dokter spesialis bedah umum, Kwat Kyat Leong, dalam seminar
kesehatan di Hotel Makassar Golden, beberapa waktu lalu. Dokter dari Rumah
Sakit Tropicana, Malaysia, ini menceritakan, suatu ketika, ia didatangi seorang
pasien dengan keluhan sakit tenggorokan.
"Dokter, tenggorokan
saya sakit. Saya pikir akan pilek, tapi lama-lama saya tidak batuk apalagi
mengeluarkan dahak," kata Kwan menirukan keluhan pasien itu. Tidak hanya
merasa sakit, saat berbicara pun, kata Kwan, pasien tersebut kesulitan.
Suaranya sangat serak. Sakit yang dialami pasien itu meliputi daerah telinga,
hidung, dan tenggorokan.
Selama dua bulan keluhan itu
tak pernah berhenti. Pasien dokter Kwan makin tak tahan ketika ia kesulitan
menelan makanan. Setelah diperiksa, dokter mendiagnosis bahwa pasien tersebut
mengidap kanker tenggorokan atau karsinoma nasofaring. Dalam tenggorokan bagian
atas, ditemukan tumor atau gumpalan sel-sel kanker.
"Gejala awal kanker ini
sangat tak diduga dan sulit didiagnosis," ujar Kwan. Ia melanjutkan,
awalnya kebanyakan penderita merasa bahwa mereka akan mengalami pilek biasa.
Apalagi gejala-gejala itu terjadi di sekitar tenggorokan, telinga, dan hidung,
seperti yang dialami pasien tersebut.
Gejala awal yang paling
parah, kata Kwan, tak hanya menyerang tenggorokan, tapi juga hidung dan
telinga. Misalnya, hidung terasa buntu, pendengaran terasa kurang tajam,
telinga berdengung, dan nyeri pada hidung dan telinga. Kanker tenggorokan, kata
Kwan, masih jarang terdengar di masyarakat. Padahal, di Indonesia, penderitanya
cukup tinggi. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat, sekitar
600-700 warga Indonesia menderita kanker ini setiap tahun. Jumlah ini diambil
dari 4,7 persen total penderita kanker tenggorokan di Asia tenggara.
Kwan menjelaskan, dalam
tenggorokan bagian atas, terdapat saluran berbentuk tabung yang disebut faring.
Ini adalah bagian yang menghubungkan antara rongga mulut, telinga, bagian
belakang hidung, dan tenggorokan. Kanker ini disebabkan oleh pertumbuhan
sel-sel skuamosa dalam tenggorokan, sehingga menjadi tumor. Hal ini bisa
berpengaruh pada pita suara, hidung, dan telinga.
Pertumbuhan sel ini bisa
dipicu oleh banyak hal. Kwan mengatakan dalam banyak kasus, penyebab utamanya
adalah kebiasaan merokok pasif dan aktif. Zat nikotin pada rokok dapat merusak
dan memicu pertumbuhan sel-sel kanker.
Begitu pula dengan asap rokok
yang dihirup. Dari kebiasaan ini, bagian yang paling pertama terkena dampaknya
adalah hidung dan tenggorokan.
Selain itu, jenis makanan
yang dikonsumsi juga berpengaruh. Seperti makanan yang mengandung bahan
pengawet dan pewarna buatan. Makanan tertentu, seperti ikan asin, juga
berbahaya. Karena, dalam proses pengeringan, ikan dapat menimbulkan
nitrosamine, yang termasuk zat pemicu kanker.
Jika Anda mendapati
gejala-gejala serupa, sebaiknya mencari tahu kondisi kesehatan. "Ada
kemungkinan bukan kanker. Sebaiknya diperiksa ke dokter," kata Kwan.
Sebab, dengan melakukan pemeriksaan gejala awal, peluang untuk sembuh masih
besar. Harapan sembuh pada penderita kanker stadium pertama adalah 80 persen dan
stadium kedua harapannya 60 persen.
Pada stadium tinggi, biasanya
terjadi penurunan berat badan secara drastis, ditemukan darah keluar dari
telinga, hidung, atau tenggorokan. Pada stadium tiga, seperti ini, harapan
sembuhnya hanya 40 persen, sedangkan pada stadium empat harapan sembuhnya hanya
10 persen. Penyembuhan kanker pada stadium awal bisa dengan cara operasi atau
terapi radiasi. Sedangkan untuk stadium ketiga dan keempat dilakukan dengan
kemoterapi.
Waspada 10 Tanda Awal Kanker
1. Adanya benjolan yang tidak
hilang, bahkan membesar.
2. Buang air besar tidak
teratur.
3. Terjadi perdarahan,
seperti di saluran kelamin, hidung, atau telinga.
4. Rasa nyeri yang sangat
parah, seperti di perut.
5. Kesulitan menelan makanan.
6. Batuk yang sangat parah
dan berlangsung lama.
7. Terjadi perubahan pada
tahi lalat, seperti membesar atau berdarah.
8. Sariawan yang tidak
sembuh-sembuh.
9. Suara serak.
10. Berat badan menurun
drastis sekitar 10 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar